Teori Ngasal: Dejavu dan Siklus Reinkarnasi

Ini adalah teori yang muncul persis saat mata saya sudah 5 watt, antara mau tidur dan masih mikir. Kalian pasti pernah kan, lagi melamun santai, terus tiba-tiba otak memunculkan ide yang super random tapi kok ya terasa masuk akal?

 

Saya jamin, teori ini tidak ada di buku pelajaran mana pun. Ini murni hasil pemikiran iseng yang lahir dari kondisi tubuh sudah minta istirahat.

 

Dejavu: Flashback dari Kehidupan Sebelumnya?

 

Semua pasti pernah mengalami dejavu. Misalnya, saya lagi duduk di kafe baru, mendengarkan obrolan dua orang di meja sebelah, melihat dekorasi dinding yang tidak biasa, dan tiba-tiba, klik! Perasaan itu muncul: "Kayaknya saya pernah di sini, mengalami persis momen ini."

 

Padahal saya tahu betul, ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kafe itu. Rasanya seperti ada file memori yang tiba-tiba korup, tapi di saat yang sama, file itu justru terasa paling nyata.

 

Sains mungkin akan menjelaskan dejavu itu sebagai ketidakselarasan pada otak, sinyal saraf yang telat sampai, atau salah pengarsipan memori.

 

Penjelasan itu sah-sah saja. Tapi buat saya yang lagi malas mikir berat, penjelasan itu terasa kurang seru. Kurang ada unsur dramanya. Makanya, teori saya ini lahir.

 

Dejavu, menurut saya adalah "bocoran" kecil dari koleksi ingatan yang kita punya di kehidupan sebelumnya.

Begini menurut logika saya. Saat dejavu terjadi, kita tidak sekadar merasa familiar. Kita merasa yakin kalau momen itu sudah terjadi.

 

Otak kita seperti menarik data dari folder yang salah, yaitu folder "Kehidupan Lalu" padahal seharusnya di folder "Kehidupan Sekarang". Kenapa folder itu ada? Ya karena isinya memang benar-benar masa lalu, tapi milik 'saya' yang versi sebelumnya.

 

Siklus Hidup

 

Bayangkan sebuah siklus yang terus berputar, seperti game yang terus kita mainkan tapi selalu diulang dari awal.

 

  1. Hidup di Dunia (Sekarang): Kita menjalani hidup ini, mengumpulkan pengalaman, jatuh cinta, makan enak, stres pekerjaan. Semua jadi memori baru.
  2. Meninggal: Selesai. Game Over untuk ronde ini.
  3. Di Akhirat (Fase Istirahat/Transfer Data): Di sinilah intinya. Selama fase ini, semua data memori dari kehidupan tadi di-audit, di-kompres, dan disimpan ke dalam 'bank memori jiwa' kita. Mungkin di sini juga kita mendapatkan upgrade atau skill baru (semoga saja). Tapi, yang paling penting, semua ingatan tadi disatukan.
  4. Kembali ke Dunia (Lahir Kembali): Kita lahir lagi sebagai orang yang sama, dengan kehidupan baru. Ingatan kehidupan lama di-reset total.

 

Nah, dejavu ini terjadi karena proses reset itu tidak sempurna. Ada sedikit bug atau glitch. Ibaratnya, folder memori kehidupan sebelumnya itu terlalu besar, jadi saat sistem baru menyala, ada beberapa potongan kecil data yang tidak sengaja ikut termuat di cache ingatan yang sekarang.

 

Kenapa Ada "Bocoran" Itu?

 

Pertanyaan besarnya: Kenapa harus ada dejavu kalau tujuan lahir kembali adalah memulai dengan papan tulis bersih?

 

Saya punya dua hipotesis ngasal lagi:

 

Peringatan Tidak Sengaja

Mungkin ini semacam mekanisme pertahanan diri yang tidak sempurna. Jiwa kita, secara tidak sadar, mencoba memberi petunjuk. "Hei, yang ini pernah terjadi. Hati-hati jangan ambil keputusan yang sama yang membuatmu gagal/stres di kehidupan lalu." Tapi karena hanya berupa flash sepersekian detik, kita cuma bisa merasakannya, tidak bisa menguraikan pesannya.

 

Penguat Jati Diri

Bisa jadi ini cara semesta (atau siapa pun yang bertanggung jawab atas siklus ini) untuk memastikan bahwa meskipun kita berganti raga, esensi kita tetap sama.

 

Dejavu adalah bukti bahwa ada benang merah yang menghubungkan semua "saya" dari masa ke masa. Kita tidak pernah benar-benar hilang; kita hanya berganti kostum.

 

Jika teori ini benar, setiap kali kamu mengalami dejavu, itu bukan sekadar momen aneh. Itu adalah sapaan singkat dari diri kamu di masa lalu, seolah dia berbisik, "Kita pernah melalui ini, kawan. Lanjutkan perjuangan!"

 

Intinya, dejavu membuat hidup terasa jauh lebih misterius dan seru. Daripada sekadar fenomena neurobiologis yang membosankan, lebih menyenangkan jika kita percaya bahwa saat ini, kita sedang mengumpulkan poin untuk kehidupan selanjutnya. (*)

Lebih baru Lebih lama