Dalam
kejuaraan dunia Formula 1, pembalapnya bisa memilih nomor dari 2 sampai 99. Tapi
ada dua nomor yang tidak boleh digunakan, 1 dan 17.
Nomor 1 sih
jelas ya, itu buat juara bertahan. Tapi ada apa dengan nomor 17, apa ini soal
mitos atau sekadar kebetulan belaka?
Awalnya saya
juga penasaran, ini pasti ada hubungannya sama takhayul atau mungkin kesialan,
kan? Sebab kebanyakan hal yang dilarang itu biasanya punya latar belakang
mistis.
Tapi ternyata
kasus nomor 17 ini jauh dari itu. Ini bukan tentang hantu atau hal gaib. Ini
tentang sebuah tragedi yang mengubah pandangan FIA, badan tertinggi olahraga
motor dunia, terhadap simbolisme dalam balapan. Dan yang paling penting, ini
adalah penghormatan yang sangat dalam.
Tragedi Suzuka yang Mengguncang Dunia
Nomor 17 ini tidak
pernah dipakai lagi sejak tahun 2015. Alasannya, seperti yang sudah saya
telusuri, sangat menyentuh hati.
Kisahnya
bermula di Grand Prix Jepang 2014, di sirkuit Suzuka yang terkenal menantang.
Hari itu, cuaca sangat buruk. Hujan deras mengguyur sirkuit, mengurangi
visibilitas dan membuat lintasan jadi sangat licin.
Jules Bianchi,
seorang pembalap muda berbakat dari tim Marussia, kala itu melaju dengan nomor
mobil #17. Dia sedang menunjukkan potensi besar, dan banyak yang memprediksi
dia akan jadi bintang masa depan F1.
Tapi di lap
ke-42, di tengah kondisi yang semakin parah, sesuatu yang mengerikan terjadi.
Bianchi kehilangan kendali atas mobilnya di tikungan Dunlop dan menabrak bagian
belakang kendaraan recovery yang sedang mengevakuasi mobil Adrian Sutil yang
juga kecelakaan sebelumnya.
Dampak
tabrakan itu sangat parah. Jules mengalami cedera kepala yang sangat serius. Kejadian
itu langsung membuat seluruh paddock hening. Para kru, pembalap lain, semua
yang menyaksikan di televisi, seolah menahan napas. Dia segera dilarikan ke
rumah sakit.
Selama
sembilan bulan berikutnya, Jules berjuang keras. Dia tidak pernah sadar lagi.
Kemudian, di bulan Juli 2015, kabar duka itu datang. Jules Bianchi meninggal
dunia karena cedera yang dialaminya.
Nomor 17 Dipensiunkan Permanen
Kematian Jules
Bianchi adalah momen yang sangat pahit dan menyedihkan bagi seluruh komunitas
Formula 1. Ini adalah kecelakaan fatal pertama di F1 sejak Ayrton Senna
meninggal dunia di Imola pada tahun 1994. Komunitas F1 berduka, dan ada
dorongan kuat untuk memastikan hal serupa tidak terulang lagi.
Untuk
menghormati Jules dan sebagai tanda duka cita yang mendalam, FIA mengambil
langkah yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Mereka mengumumkan bahwa nomor
17 secara permanen dipensiunkan dari Formula 1.
Ini bukan
hanya simbolisme belaka, tapi sebuah pernyataan kuat. Ini adalah cara F1 untuk
mengenang Jules, untuk memastikan bahwa semangatnya, dan pelajaran dari
kecelakaannya, akan selalu diingat.
Tidak akan ada
lagi pembalap yang akan menggunakan nomor 17 di Formula 1. Itu jadi tribut
abadi untuk hidup yang hilang terlalu cepat.
Ini
menunjukkan betapa dalam dan personalnya hubungan para pembalap dengan nomor
mereka. Nomor itu bukan sekadar angka di mobil, tapi identitas, warisan, dan
kadang kala, sebuah penghormatan.
Dengan
memensiunkan nomor 17, F1 tidak hanya mengenang Jules Bianchi, tapi juga
mengirimkan pesan kuat tentang keselamatan dan pentingnya setiap nyawa dalam
olahraga yang ekstrem ini.
Di balik angka
17 yang kosong itu, ada kisah heroik seorang pembalap muda, sebuah tragedi yang
menyayat hati, dan sebuah penghormatan yang tak terucapkan dari seluruh dunia
Formula 1. Nomor 17 adalah pengingat bahwa di tengah kecepatan dan adrenalin
tinggi, ada nyawa yang berharga, dan ada duka yang tak terlupakan.