Keheningan pecah oleh suara gemuruh yang datang
dari kejauhan. Bukan gemuruh petir, bukan pula suara pesawat yang melintas.
Tapi suara bas yang mengguncang dada, diikuti lantunan musik yang jujur saja,
tidak enak di telinga saya.
Itu dia, sound horeg, yang seringkali jadi topik
hangat di media sosial. Saya memang belum pernah melihatnya secara langsung, atau
ikut berdesakan di antara kerumunan yang mengelu-elukan truk-truk bersenjatakan
speaker raksasa itu.
Namun, dari apa yang saya dengar dan lihat di
video-video viral, saya sudah punya kesimpulan: saya tidak setuju dengan
keberadaannya.
Kerusakan dan Gangguan yang Tak Terhindarkan
Alasan utama ketidaksetujuan saya sebenarnya
sangat sederhana: sound horeg ini merusak. Saya sering melihat video-video di
mana tembok rumah warga retak, genteng berjatuhan, bahkan kaca jendela pecah
akibat getaran bas super kuat dari truk-truk itu. Sampai ada yang harus merusak
jembatan, gapura, hingga rumah orang agar truk sound horeg bisa lewat.
Ini bukan lagi sekadar hiburan, ini sudah masuk
ranah merusak properti. Kamu bisa bayangkan, kalau itu terjadi di rumah saya?
Tentu saja saya akan marah besar. Kerasnya getaran yang dihasilkan tentu saja tidak
main-main.
Selain itu, ada juga faktor gangguan. Suara bising
yang dihasilkan itu tidak hanya mengganggu satu atau dua orang, tapi satu
kampung. Apalagi kalau acara itu berlangsung sampai larut malam.
Kasihan anak-anak kecil yang sedang tidur, atau
orang-orang tua yang butuh istirahat. Orang yang harus bekerja pagi-pagi buta
juga merasa terganggu. Kesenangan sebagian orang tidak seharusnya mengorbankan
kenyamanan dan ketenangan orang lain, kan? Ini tentang empati. Ini tentang
bagaimana kita hidup berdampingan di lingkungan masyarakat.
Bukan Sekadar Soal Selera Musik
Selain alasan kerusakan dan gangguan, ada juga
faktor selera musik. Jujur, musik yang dimainkan oleh sound horeg itu sangat
tidak sesuai dengan telinga saya.
Tapi kemudian saya berandai-andai. Bagaimana jika
sound horeg itu tidak lagi memainkan musik dangdut koplo atau remix yang bikin
telinga saya gatal?
Bagaimana jika mereka memainkan lagu-lagu metal
yang saya suka? Atau bagaimana jika mereka memutar lagu-lagu new age yang
santai atau musik instrumental yang menenangkan, akankah saya mulai menyetujui
keberadaannya?
Setelah berpikir cukup lama, jawaban saya tetap
sama: tidak.
Ini bukan lagi soal selera musik. Saya rasa, inti
permasalahannya bukan di genre musiknya, tapi pada esensi dari kegiatan itu
sendiri.
Meskipun sound horeg itu memutar lagu favorit
saya, tetap tidak akan mengubah fakta bahwa getarannya merusak, suaranya
mengganggu, dan konsepnya terlalu berlebihan.
Coba bayangkan, mendengarkan "Bleed"
dari Meshuggah dengan bas yang menggetarkan seluruh isi rumah. Apa jadinya?
Bukan lagi harmonisasi musik yang indah, tapi malah terdengar seperti bencana
alam kecil. Pengalaman mendengarkan musik yang seharusnya menyenangkan malah
jadi pengalaman yang mengerikan.
Pada akhirnya, saya tetap tidak setuju dengan
sound horeg. Bukan karena saya anti hiburan rakyat, tapi karena saya percaya
bahwa hiburan yang baik adalah hiburan yang tidak merugikan siapapun.
Hiburan yang tidak hanya menyenangkan bagi para
penontonnya, tapi juga bisa dinikmati dengan tenang oleh masyarakat sekitarnya.
Saya yakin, kita semua bisa kok, menikmati musik
tanpa harus merusak dinding, mengganggu ketenangan, atau memecahkan kaca
jendela tetangga.