FPS dan Pengaruhnya ke Penayangan Film Avatar 2

Avatar 2

Pada Rabu (14/12/2022), bioskop XXI IMAX Kelapa Gading, Jakarta Utara, membatalkan penayangan film Avatar 2: The Way of Water untuk hari itu. Pihak XXI mengatakan ada kendala teknis terkait dengan proyektor yang dipakai.

Di Jepang, kejadian yang sama juga terjadi. Beberapa jaringan bioskop seperti United Cinemas Co., Toho Col, and Tokyu Corp., akhirnya harus mengembalikan uang tiket ke penonton karena kendala teknis terkait proyektor. Ada apa ini?

Avatar 2 terlalu canggih

Avatar 2: The Way of the Water tersedia dalam berbagai format, termasuk 2D 48 FPS, 3D 48 FPS, dan 24 FPS reguler. Jika kamu menonton yang versi 48 FPS, itu menggunakan teknologi HFR (high frame rate) untuk bagian aksinya. Sementara adegan saat hanya dialog dan adegan yang lebih lambat diturunkan hingga ke standar 24 FPS.

Berbicara di Festival Film Internasional Busan di Korea, sutradara Avatar 2 James Cameron, mengungkapkan 48 frame per detik untuk menonjolkan semua detail di lingkungan 3D terutama dalam adegan bawah air

"Untuk bidikan ketika karakternya hanya berdiri dan berbicara, FPS yang tinggi justru tidak tepat karena ini menciptakan semacam realisme hiper dalam adegan yang normal," kata Cameron.

Dalam adegan di mana kamera atau elemen di layar bergerak cepat, teknologi HFR menghilangkan efek "strobing" dan menyebabkan gerakan terlihat lebih alami dan hidup. Ini juga merupakan cara bagi bioskop untuk membedakan diri dari menonton film di rumah.

Apa itu FPS



Terlepas dari namanya, ketika kita menonton film, kita tidak melihat sebuah film. Yang kita lihat sebenarnya adalah serangkaian gambar diam atau frame yang dimainkan secara berurutan sehingga menciptakan persepsi gerak.

Ketika frame ditampilkan cukup cepat, otak kita kehilangan kemampuan untuk melihat frame individual dan memadukannya menjadi satu menjadi satu gambar bergerak.

Jumlah frame yang ditampilkan dalam satu detik disebut sebagai frame rate dalam satuan per detik atau frame per second (FPS). Misalnya, 24 FPS berisi 24 frame individu atau gambar diam dalam satu detik.

Standar film adalah 24 FPS



Semuanya dimulai ketika film berjudul The Jazz Singer dirilis pada 1927. Sebelum itu semua film direkam dalam 16 FPS karena kebanyakan adalah film bisu. Setelah itu 16 FPS dianggap tidak memadai.

Frame rate 24 FPS diyakini sebagai jumlah terendah yang membuat gerakan tampak alami di mata manusia. Penggunaan 24 FPS juga dipakai oleh TV di luar Amerika Utara yang menggunakan sistem PAL, termasuk di Indonesia.

Tidak semua proyektor sanggup

Kembali lagi ke Jepang, meski di sana gudangnya peralatan canggih, ternyata tidak semua bioskop di sana memiliki proyektor yang sanggup menghadirkan HFR 48 FPS. Bahkan ada yang harus mengubah filmnya menjadi standar 24 FPS. Tentu kesannya akan terasa berbeda dengan yang 48 FPS.

Rupanya memang tidak semua bioskop bisa. Pihak bioskop harus memiliki atau meng-upgrade proyektor mereka untuk mendukung pemutaran film 48 FPS. Pertanyaannya tentu saja, ada berapa banyak bioskop di dunia yang bisa mengakomodirnya?

Avatar bukan yang pertama



Sebenarnya Avatar 2 bukanlah film pertama yang menggunakan teknologi HFR 48 FPS. The Hobbit, film garapan Peter Jackson yang dirilis pada 2012, sudah memanfaatkan teknologi ini.

Sutradara lainnya, Ang Lee, dalam film Gemini Man yang dirilis pada 2019, bahkan mencoba hal yang lebih gila lagi. Kabarnya dia membuat film itu dalam 120 FPS.

Terlepas dari apakah sebuah film menggunakan 24, 30, 60, atau 120 FPS, sepertinya 24 FPS akan tetap menjadi standar dalam waktu yang masih lama.

Lebih baru Lebih lama