Menguak Sisi Lucu Redenominasi Rupiah

redenominasi rupiah

Rencana redenominasi rupiah kembali bergulir. Buat yang belum tahu, redenominasi itu adalah penghilangan sejumlah nol tanpa mengubah nilai tukar. Sederhananya, uang Rp1.000 diubah jadi Rp1. Tiga nolnya hilang!

Rencana itu memunculkan sebuah pertanyaan konyol di benak saya. Bukan karena idenya buruk, tapi karena implikasi sosialnya yang kocak.

Goodbye, Miliarder

Disebut sebagai miliarder itu rasanya keren sekali. Tapi jika redenominasi dijalankan, pemilik gelar itu akan semakin sedikit karena mereka berganti jadi jutawan.

Maksud saya begini.

Kalau kamu punya uang Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah), saat redenominasi terjadi, saldonya akan berubah jadi Rp1.000.000 (satu juta Rupiah).

Secara nilai tetap sama. Nilai daya beli Rp1.000.000 yang baru ini setara dengan Rp1.000.000.000 yang lama. Tapi secara psikologis rasanya pasti beda.

Untuk disebut miliarder, harus punya uang dengan sembilan nol di belakang angka satu. Sekarang, gelar miliarder itu akan berpindah ke mereka yang punya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) setelah redenominasi.

Artinya, miliarder yang sekarang (yang punya Rp1 miliar) akan otomatis turun kasta, dari miliuner ke jutawan. Dari geng elit Nol Sembilan menjadi geng Nol Enam.

Yang Dulunya Jutawan, Terus Nanti Disebut Apa?

Nah, ini bagian yang lebih lucu.

Kalau kelas atas jadi jutawan, bagaimana nasib yang kelas menengah ke bawah?

Sekarang, punya minimal Rp100.000.000 sudah bisa disebut jutawan. Rasanya keren. "Oh iya, saya jutawan," begitu katanya.

Tapi setelah tiga nol itu hilang?

Uang Rp100.000.000 itu akan berubah jadi Rp100.000. Gelar jutawan itu akan hilang. Kira-kira apa ya sebutannya? Ribuwan, ribuer, atau apa sih? Tolong yang ahli bahasa, bantu jawab ya.

Efek Psikologis yang Mungkin Terjadi

Redenominasi ini punya tujuan utama: membuat pencatatan keuangan lebih sederhana dan efisien. Coba lihat nota pembelian. Panjang sekali deretan nolnya. Dengan redenominasi , angka-angka itu akan jauh lebih ringkas.

Meskipun ini semua hanya masalah penyebutan dan angka di kertas, di luar sisi teknis itu ada efek psikologis yang menarik.

1. Harga Terasa Murah

Coba bandingkan: "Harga satu motor Rp25.000.000" dengan "Harga satu motor Rp25.000."

Angka Rp25.000 itu terasa jauh lebih kecil, terasa lebih mudah dijangkau. Padahal nilainya sama saja. Ini bisa mendorong konsumen untuk belanja karena ilusi harga murah.

2. Kemudahan Transaksi

Saya rasa ini yang paling terasa. Kamu tidak perlu lagi repot menghitung nol di mesin kasir, atau saat transfer bank. Menghilangkan tiga nol ini benar-benar mengurangi beban kognitif.

3. Status dan Gengsi

Ini kembali ke poin awal. Gelar kekayaan di Indonesia akan turun kelas. Siapa pun yang saat ini adalah triliuner (punya ribuan miliar), dia akan menjadi miliarder setelah redenominasi . Sementara yang miliarder harus menerima takdir menjadi jutawan.

Saya pribadi menyambut baik rencana redenominasi ini. Yang penting, setiap transaksi menjadi lebih sederhana, dan dunia perbankan kita menjadi lebih efisien.

Tinggal siapkan mental saja kalau ada yang minta, "Eh, pinjem seratus dulu dong." Padahal maksudnya adalah seratus ribu rupiah yang sekarang. Transisi ini pasti akan penuh dengan kesalahan konyol, dan itu akan menjadi hiburan tersendiri bagi kita semua. (*)

Lebih baru Lebih lama