Masih ingat
nggak, waktu pandemi dulu, tiba-tiba semua orang jadi pesepeda? Jalanan penuh
sama rombongan gowes, dari yang pakai sepeda lipat sampai sepeda balap yang
harganya bisa buat beli motor.
Toko-toko
sepeda dadakan laku keras, dan harga sepeda bekas melonjak nggak masuk akal.
Semua orang kayaknya harus punya sepeda mewah buat ikut tren.
Dulu, sepeda
bukan cuma alat transportasi, tapi simbol status. Punya sepeda seharga puluhan
juta, bahkan ratusan juta, jadi kebanggaan tersendiri.
Tapi coba
lihat sekarang. Sepeda-sepeda mewah itu banyak yang berdebu di gudang. Jalanan
sepi dari rombongan gowes, kecuali mungkin di hari-hari khusus.
Toko sepeda
yang dulu ramai, sekarang banyak yang pasang spanduk "Diskon
Gila-gilaan" atau bahkan "Dijual". Ini bukan cuma isapan jempol.
Data dari Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) bilang, penjualan sepeda
kelas atas anjlok sampai 70% sejak 2021. Sedih, tapi itulah kenyataannya.
Kenapa Sepeda Kehilangan Pamor?
Banyak faktor
yang membuat tren ini meredup. Dulu, sepeda jadi pelarian dari kebosanan di
rumah saat pandemi. Semua orang butuh kegiatan di luar, dan gowes jadi pilihan
yang paling populer.
Setelah
pandemi usai, aktivitas kembali normal. Kantor-kantor buka, jalanan kembali
macet, dan waktu luang untuk gowes jadi terbatas. Kita kembali disibukkan
dengan rutinitas harian.
Selain itu,
alasan utama lain adalah pergeseran tren. Manusia memang makhluk yang gampang
bosan. Selalu butuh hal baru yang lebih menarik, lebih menantang, atau sekadar
lebih "gaul".
Saat sepeda
sudah mulai biasa, muncullah olahraga-olahraga baru yang menawarkan sensasi
berbeda. Salah satu yang paling menonjol sekarang adalah padel.
Padel: Tren Baru yang Menggantikan Sepeda?
Padel itu
kayak tenis, tapi lebih simpel dan dimainkan di lapangan yang lebih kecil,
dikelilingi dinding kaca. Olahraga ini lagi naik daun. Lapangan padel
bermunculan di mana-mana, dari mall mewah sampai di kompleks perumahan.
Selebriti dan
influencer berbondong-bondong memamerkan kegiatan mereka main padel di media
sosial. Pakaian dan perlengkapan padel pun jadi barang incaran.
Mirip banget
sama tren sepeda dulu, kan? Awalnya dianggap hobi elite, lalu jadi gaya hidup.
Padel menawarkan pengalaman yang lebih interaktif dan sosial.
Kita bisa main
berempat, ngobrol-ngobrol, dan intensitasnya juga nggak seberat gowes. Makanya,
banyak yang beralih dari sepeda ke padel. Mereka yang dulu gowes pagi, sekarang
mungkin lebih milih main padel sore.
Semua Tren Ada Masanya, Termasuk Padel
Saat melihat
tren padel yang sedang meroket ini, saya jadi teringat pengalaman dengan
sepeda. Dulu, sepeda juga digadang-gadang sebagai gaya hidup baru yang akan
bertahan lama. Ternyata tidak. Saya yakin, hal yang sama juga akan terjadi pada
padel.
Ini bukan
meramal, tapi lebih ke mengamati pola. Semua tren punya siklus. Awalnya tren
itu muncul, naik daun, mencapai puncak popularitas, lalu perlahan meredup dan
digantikan oleh tren baru.
Sepeda sudah
melewati siklusnya. Padel sedang berada di fase puncak. Tapi beberapa tahun
lagi, siapa yang tahu? Mungkin akan muncul olahraga lain yang lebih viral.
Mungkin akan
ada olahraga baru yang lebih unik, lebih menantang, atau lebih Instagramable.
Mungkin suatu hari, lapangan padel yang sekarang ramai akan sepi, dan
raket-raket padel akan berdebu di gudang, menemani sepeda-sepeda mewah yang
sudah lebih dulu pensiun.
Pelajaran dari Sepeda dan Padel
Jadi apa sih
pelajaran yang bisa kita ambil dari fenomena ini? Pertama, jangan FOMO, apalagi
sampai menghabiskan banyak uang untuk sesuatu yang mungkin nggak akan kamu
pakai lagi setahun atau dua tahun ke depan.
Sepeda mahal
itu investasi yang buruk kalau cuma dipakai sebentar. Mending beli sepeda yang
sesuai kebutuhan dan kemampuan, bukan cuma buat pamer.
Kedua, nikmati
saja prosesnya. Kalau kamu suka gowes, goweslah. Kalau kamu suka padel,
mainlah. Tapi jangan cuma karena ikut-ikutan orang lain. Temukan kegiatan yang
benar-benar kamu nikmati, yang bikin kamu bahagia, bukan cuma buat feed
Instagram.
Terakhir, dan
ini yang paling penting: tren itu datang dan pergi, tapi kesehatan dan
kebahagiaan itu permanen. Jadikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup
sehat, bukan sekadar gaya hidup yang lagi tren.
Dengan begitu,
kamu nggak akan peduli lagi apakah olahraga kamu "in" atau
"out". Yang penting kamu bergerak, sehat, dan bahagia.