Ketika berada
dalam sebuah transportasi publik seperti TransJakarta atau Commuterline, saya
akan selalu memberikan kursi saya tanpa diminta atau disuruh, ke penumpang yang
termasuk kategori prioritas (wanita hamil, ibu membawa bayi, lansia, penyandang
disabilitas), meskipun saya duduk di kursi non-prioritas.
Ada tapinya
nih. Di luar empat kategori prioritas tadi, mohon maaf lahir batin ya. Mau itu Putri
Indonesia, atlet dengan medali segudang, atau bahkan (ini sih halu tingkat
tinggi) Davina Karamoy dan Anya Geraldine tiba-tiba berdiri di depan saya di
dalam TransJakarta (ya kali mereka naik TJ?), ya mereka harus berdiri.
Saya tidak
akan memberikan kursi saya. Bukan maksudnya tidak punya hati, lho. Tapi mari
kita telaah lebih dalam.
Prinsip Kesetaraan
Begini, kita
semua sudah bayar untuk menggunakan transportasi publik. Kita semua punya
tujuan masing-masing, dan kemungkinan besar, kita semua sama-sama capek setelah
berjibaku dengan kerasnya kehidupan di (mantan) ibu kota ini.
Kalau saya
memberikan kursi ke semua orang yang terlihat lelah, bisa-bisa sepanjang
perjalanan saya berdiri terus. Dan jujur saja, punggung dan kaki
ini sudah cukup sering protes karena duduk terlalu lama.
Ini bukan soal pelit atau tidak punya empati. Ini lebih kepada prinsip kesetaraan. Kecuali memang ada kondisi khusus yang membuat seseorang masuk dalam kategori prioritas, bagi saya semua penumpang lain memiliki hak yang sama untuk mendapatkan tempat duduk jika memang tersedia.
Kalau tidak
dapat, ya berarti memang lagi apes saja. Sama seperti saya kalau pas jam sibuk
dan harus berdiri sepanjang rute. Hidup memang
tidak adil, bukan?
Lagipula,
kalau kita terlalu mudah memberikan kursi kepada siapa saja di luar kategori
prioritas, bukankah itu malah bisa menimbulkan asumsi yang kurang baik?
Misalnya,
"Ah, si mbaknya duduk karena dia cantik dan masih muda." Atau,
"Masnya dikasih duduk karena kelihatan lebih tua." Padahal bisa jadi
si mbaknya tidak memberikan kursinya karena lagi kurang enak badan atau si masnya ternyata menggunakan kaki palsu.
Bukan Berarti Tidak Peduli
Jangan salah
paham dulu. Saya bukannya jadi manusia individualis yang cuek bebek dengan
sekeliling. Kalau memang ada ibu hamil yang tidak kebagian tempat duduk
prioritas, atau ada lansia yang terlihat kesulitan berdiri, jangankan kursi,
kalau perlu saya gendong sekalian (lebay banget sih..hehehe).
Tapi untuk
penumpang lain di luar kategori itu, kita berada di level yang sama. Kita
sama-sama berjuang.
Mungkin ada
yang bilang saya tidak solider. Mungkin ada yang menganggap saya kurang punya
sense of humanity. Tapi bagi saya, solidaritas yang sesungguhnya adalah ketika
kita menghormati hak setiap orang dan memperlakukan mereka secara adil.
Dalam konteks
transportasi publik, keadilan itu salah satunya adalah memberikan prioritas
kepada mereka yang memang secara kondisi lebih membutuhkan.
Di luar itu,
mari kita bersikap biasa saja, saling menghargai, dan kalau memang ada rezeki
dapat tempat duduk, ya syukur. Kalau tidak, ya berdiri sampai tujuan masing-masing.
Ingat saja
prinsip kesetaraan gender (dan kesetaraan antar penumpang yang sama-sama bayar,
dan sama-sama capek!). Kita semua punya hak yang sama, dan kita semua punya
hari yang mungkin melelahkan.
Intinya, mari kita gunakan transportasi publik dengan tertib dan saling menghormati. Utamakan yang prioritas, tapi jangan juga merasa bersalah kalau kita tidak memberikan kursi kepada yang lain.