Open Trip Dua Setengah Hari ke Belitung

Trip ke Belitung


Tanggal 11 Maret kemarin gue pergi ke Belitong selama 3 hari (2 setengah hari sih sebenernya) bareng-bareng Open Trip sama My Permata Wisata. Beginilah kisahnya.


Keberangkatan

Gue berangkat dari rumah sekitar jam 3 pagi buat ke bandara, sebab penerbangannya yang pagi yakni 5.55, naik Citilink lewat Terminal 1C. Jangan dikira jam segitu sepi, udah rame kayak siang hari.

Tadinya bimbang mau naik Damri atau taksi. Kalau Damri ongkosnya Rp40.000, taksi ongkosnya Rp150.000 plus ongkos tol dua kali (Rp9.000 & Rp7.000). Tapi akhirnya demi pertimbangan "kenyamanan" di waktu dini hari, naik taksi biru aja.

Di bandara, sudah ada seorang tour leader yang menunggu. Namanya Ahmad Farhan, tapi minta dipanggil Acil. Semua peserta Open Trip ini meeting point-nya di Jakarta. Ada yang dari Bandung, bahkan Surabaya. Yang dari Surabaya katanya harus nginep di bandara karena mereka datang jam 9 malam di hari sebelumnya...(Hi Inez & Riezky)

Dan berangkatlah kita..........

Ketibaan

Penerbangan Jakarta-Belitong memakan waktu 45 menit. Jangan ngarepin dapet snack di pesawat. Karena minum pun tidak disediakan. Jadi lebih baik makan apa dulu di bandara buat ganjel-ganjel perut.

Sesampainya di Bandar Udara H.A.S. Hanandjoeddin, bandara ini kecil banget. Lo ga bakal liat pesawat gede parkir disitu. Jadi konsepnya ada pesawat datang, nurunin penumpang, naikin penumpang, lalu jalan lagi.  Beberapa waktu kemudian baru ada pesawat lagi dari maskapai lain.

Di bandara, kami disambut oleh guide lokal yang bernama Pak Rozy dan driver Pak Ferry. Kami diangkut pakai mobil Elf karena pesertanya hanya 16 orang. Mobilnya cukup nyaman kok dan pelayanan guide ini professional sekali. Recommended.

Suasana dalam mobil Elf


Mie Belitong

Sesuai itinerary, tempat pertama yang rencananya mau didatangi adalah Mie Atep Belitong yang ada di Jalan Sriwijaya. Tapi pas sampai sana, belum buka jadinya pindah ke resto lain yang menyediakan menu sama. Lupa namanya.

Mie Belitung ini kuahnya enak buat yang doyan manis. Ada rasa udangnya, dicampur potongan tahu, kentang, dan emping. Cuma sayangnya tekstur mie-nya gue kurang suka. Kayak tekstur mie aceh, agak keras. Tapi berhubung lapar dan kuahnya enak, habis tuh.

Terus minumnya kita disajikan es jeruk kunci. Nih jeruk kayaknya ngetop banget disana, karena semua resto pasti nyediain. Beda dengan jeruk nipis atau jeruk lemon.

Hotel

Buat penginapan, oleh pihak travel kami disediakan hotel kelas melati. Kalau dilihat dari depan, Hotel Surya ini sangat tidak meyakinkan. Abis ga keliatan bentuk hotelnya. Di bawahnya aja ada toko emas. Tapi overall nyaman kok. Kamar mandi ada di dalam, toilet duduk, air hangat, AC, TV.

Buat yang ga dapet kamar mandi di dalam,....maaf yeee :))

Kami check in kemudian naro bawaan dulu. Setelah itu berangkatlah kita ke daerah Belitong Timur. BTW hotel kita ini ada di wilayah Belitong Barat, di Jalan Endek tepatnya.

Belitong Timor

Perjalanan dari barat ke timur ini cukup jauh. Gue ga ngitungin berapa jam karena tidur di mobil. Perjalanan pun lancar jaya karena jalan di sana emang sepi-sepi. Ga ada tuh yang namanya macet.

Dan yang aneh menurut gue, Belitong ini ada warganya tapi kayak ngga ada warganya (bingung ga)? Dan suasana kayak gini terus berlanjut sampai hari kerja.

Pantesan Ahok marah-marah mulu di Jakarta. Kalo terbiasa dengan suasana kayak gini terus ke Jakarta, bisa bikin naik darah.

Vihara Dewi Kuan Im

Ini adalah tempat peribadatan umat Buddha. Tempatnya sunyi banget dan rapi. Gue ga masuk ke dalam ruang utamanya karena ada wisatawan lain yang sedang melakukan sembahyang. Di sana juga ada patung Dewi Kuan Im yang gede banget. Kata si guide, itu diimpor langsung utuh dari China dan terbuat dari granit murni.
Vihara Dewi Kuan Im

Dari situ kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Burung Mandi, masih dekat dengan Vihara. Cuma lihat-lihat aja. Tidak ada yang spesial karena di sana lebih banyak perahu nelayan yang sedang parkir.

Laskar Pelangi

Lanjut kita ke SD Muhammadiyah Gantong. Bangunan SD ini ternyata hanya replika dari SD aslinya. SD ini hanya dipakai untuk keperluan syuting. Maaf ga bisa cerita banyak karena gue belum pernah nonton atau baca novel Laskar Pelangi. Sorry ya Andrea Hirata.
Sekolah Laskar Pelangi

Ngga jauh dari situ ada Rumah Keong. Cuma anyam-anyaman dari bambu yang dibentuk kayak rumah siput tapi menghadap ke danau. Bisa buat foto-foto. Tapi sayangnya hujan deras menerpa jadi hanya berapa menit saja disana.
Rumah keong

Abis itu kita lanjut ke Museum Kata Andrea Hirata. Kalau masuk bayar Rp50.000 plus dapat novel Laskar Pelangi. Kembali lagi, karena gue ngga tahu Laskar Pelangi, gue ngga masuk ke sana dan hujannya juga deras. Jadi di dalam mobil aja.

Pesanan Terlama yang Pernah Gue Alami

Dari Museum Kata, kita menuju ke Kota Manggar buat maksi. Sambil menuju ke sana kita ngelewatin rumah Ahok. Tajir juga tuh orang ternyata. Rumahnya gede dan katanya ada hotel di belakangnya.

Sampailah kita di rumah makan, namanya Sari Dini. Tempatnya sih lumayan, menghadap danau, tapi ngordernya itu lohh...Masya Allah....ada kali satu jam lebih demi mendapatkan sepiring nasi goreng. JKT-Belitong aja cuma 45 menit..Nasi gorengnya sih lumayan, tapi nunggunya itu looohhh. Untuk minumannya, lagi-lagi es jeruk kunci.

Selesai makan, kami balik ke Belitong Barat untuk istirahat di hotel. Tapi sebelum sampai hotel kami menyempatkan makan malam di sebuah resto, namanya Kong Djie. Resto ini sajiannya umum kayak resto lain, tapi ada yang aneh dengan tarif makanannya. Kalo lo makan di ruangan bagian dalam yang pake AC, maka harga makanannya lebih mahal dibanding lo makan di luar ruangan. Aneh kan? Baru kali ini nemu resto kayak gitu.

Resto Kong Djie

Abis dari situ kita mampir ke Pantai Tanjung Pendam buat liat sunset, sama liat orang mancing kijing.
Pantai Tanjung Pendam

Pulau ke Pulau

Hari kedua kita mulai perjalanan dari pulau ke pulau alias island hopping. Perjalanan dimulai dari Pantai Tanjung Kelayang. Dari situ kita naik satu perahu sambil bawa kuda poni raksasa. Hah,...kuda poni?
Naik perahu buat island hopping

Yah rupanya ada salah satu peserta yang ngga bisa berenang (sebutin ngga ya namanya?). Jadinya dia nyewa semacam ban/pelampung berbentuk kuda poni yang katanya dia temuin di Instagram. Alhasil semua orang yang ngeliat perahu kita ada kuda poninya pada senyam-senyum semua. Tapi ada untungnya sih? Kita jadi bisa ngebedain perahu kita dengan yang lain dengan cepat.

Berlayarlah kami ke Pulau Batu Belayar, Pulau Burung, Pulau Kepayang, Pulau Pasir, dan Pulau Lengkuas.

Di Pulau Lengkuas, ada sebuah mercusuar dari zaman Belanda yang bisa dinaiki oleh pengunjung. Gue memilih untuk tidak naik, karena kalau jalan di mall lantai sekian terus nengok ke bawah aja dengkul gue langsung lemes. Lah ini naik mercusuar yang katanya setara dengan gedung 18 lantai. No thank you!
Berpose di depan mercusuar Pulau Lengkuas

Setelah makan siang di Pulau Lengkuas, naik kapal lagi sebentar dan snorkeling.
Kalo soal snorkeling dimana-mana sih sama ya, entah itu di Pulau Seribu atau Pahawang.

Sayangnya gue tidak bisa menikmati snorkeling-nya lama-lama karena mabuk. Mungkin karena habis makan dan terlalu banyak megang ponsel saat di air. Jadi posisi badan ngga pas.

NOTE TO MYSELF: Kalo snorkeling ga usah pegang macem-macem. Fokus ke snorkeling-nya.

Satu yang unik dari semua pulau-pulau ini adalah adanya batu-batu granit yang ukurannya naudzubilah..gedeee banget. Jadi pemandangan background buat foto-foto, ya semuanya berlatar belakang batu.
Batu raksasa di Belitung

Pulau terakhir yang dikunjungi sebelum pulang adalah Kelayang Kecil. Di situ kita sempat treking kayak di hutan kecil yang menuju ke gua-gua kecil. Dan sempat berjumpa dengan ular air dan metik kelapa.
Pulau Kelayang


Kwetiau Goreng

Pulang dari pulau, kita mampir makan malam di resto, namanya Diva. Resto ini menyajikan chinese food dan di kertas menunya ga dicantumin harganya. Awalnya sempet ragu juga nih, ntar tau-tau digetok lagi harganya.

Tapi setelah menerima bill-nya, Alhamdulillah harganya normal. Gue pesan kwetiau seafood seporsi cuma Rp30.000, dan segelas es jeruk manis (bukan kunci lagi) cuma Rp7.000. Dan masakannya enaaaaaaakkk banget. Sumpeh.

Belanja Oleh-oleh

Sebelum balik ke hotel, kita nyari oleh-oleh dulu di tempat namanya Klapa. Enaknya di sini adalah semua barangnya dikasih label harganya. Ngga kayak di Jogja, yang ga ada labelnya. Dan disini SPG-nya ada yang cakep loh...issshhhh

Dari semua oleh-oleh yang gue beli, ada satu barang yang bikin kecewa banget. Rumput laut kering. Kirain sih kriuk-kriuk ya pas dimakan. Tapi astagaaa, asin buangettt. Itu rumput laut kering atau garam dikeringin?
jajanan rumput laut kering

Ngopi

Buat yang kenal gue, pasti tau kalo gue ini tidak merokok dan jarang banget ngopi. Tapi di hari ketiga di Belitong, gue penasaran nyobain kopinya. Karena Belitong dikenal sebagai negeri 1001 warung kopi.

Pagi-pagi setelah men-skip sarapan nasi goreng pera dari hotel (itu pake beras PKI kali ya?), gue nyoba masuk ke kedai Kong Djie. Ngga tau apa bedanya Kong Djie ini ama yang sebelumnya.

Gue memesan segelas kopi susu ditemani lemper daun jati ama pisang goreng. Awalnya gue ragu, karena gue hampir ga pernah minum kopi asli (bukan sachetan). Tapi setelah dicoba.....ampunnnn enak banget tuh kopi. Itu warung kalo dimodalin, bisa bikin Starbucks bangkrut tuh. Semuanya ditebus hanya dengan Rp15.000 saja.

Destinasi Terakhir Sebelum Pulang

Setelah check out, kami langsung menuju ke rumah adat Belitong. Nggak ada yang spesial, cuma buat nambah wawasan aja.
rumah adat Belitong

Dari situ lanjut ke Danau Kaolin yang kalo di foto-foto katanya warnanya biru kayak Blue Bird. Tapi pas kesana ga biru-biru amat, mungkin karena cuaca atau gara-gara kacamata gue? Tempatnya juga gerah dan ga ada orang jualan.
Danau Kaolin

Setelah itu langsung ke bandara dan pulang dehh dengan pesawat Lion Air jam 11.40

Asyiknya Belitong

- Buat fans seafood dan kopi, wajib berkunjung ke sini
- Harga makanan dan minuman normal. Sebotol air mineral aja masih dihargai Rp3.000, kayak di Car Free Day
- Kemana-mana ngga ketemu macet. Semua jalan lancar jaya, mau itu weekend atau hari kerja
- Tempat wisatanya juga ga rame. Jadi bisa lebih menikmati, ngga sumpek.
santai di pantai

Ngga asiknya Belitong

- Ngga ada angkot. Kemana-mana harus pake ojek atau taksi. Makanya lebih enak lewat travel, udah ada yang ngurusin transportasinya.
- Ngga ada tukang bubur ayam buat sarapan. Udah nyoba muter di sekitar hotel, tapi ga nemu. Atau memang ga ada?
- Suara speaker pemancing walet bikin berisik. Hampir setiap bangunan yang agak tinggi, di bagian atasnya pasti ada speaker buat "menggoda" walet biar mau bikin sarang disitu.
Lebih baru Lebih lama