Kita mulai dengan satu fakta yang bakal bikin kamu geleng-geleng kepala. Harry Potter and the Order of the Phoenix menghasilkan hampir $1 miliar di box office, tapi Warner Bros. mengaku kalau mereka rugi $167 juta.
Contoh kedua
ada Star Wars: Return of the Jedi, yang meraup $475 juta pada tahun 1983, tapi
studio bilang film itu belum balik modal sampai sekarang. Masa sih?
Sebenarnya,
ini bukan karena Hollywood tidak pandai budgeting. Mereka sengaja memainkan
sistem akuntansi licik biar nggak perlu bayar bagi hasil ke aktor, sutradara,
dan penulis naskah.
Praktik ini
dikenal sebagai Hollywood Accounting, trik manipulasi finansial yang bikin film
sukses di atas kertas malah kelihatan rugi.
Kenapa Studio Mengakali Keuangan Mereka?
Di masa lalu,
aktor top bisa negosiasi pembayaran berdasarkan pendapatan kotor. Contohnya,
Warren Beatty dapat 40% dari pemasukan Bonnie and Clyde karena Warner Bros.
pikir filmnya bakal gagal. Eh, ternyata sukses besar dan Beatty pulang bawa $28
juta. Studio pun belajar dari kesalahan dan mulai licik.
Sekarang
kebanyakan aktor dapat persentase dari laba bersih. Kedengarannya adil, kan?
Masalahnya, laba bersih ini bisa dimanipulasi biar kelihatan nol atau bahkan
minus. Dengan kata lain aktor cuma dibayar kalau ada untung, tapi untungnya
nggak bakal ada di atas kertas.
Gimana Cara Hollywood "Bikin Rugi" Film yang Laris?
Biar gampang
dipahami, kita akan beranda-andai membuat film palsu.
1. Setup Perusahaan Bayangan
Studio bikin
perusahaan baru khusus untuk film ini. Sebut saja My Studios. Semua transaksi
nanti lewat sini.
2. Mengatur
Budget
Kita akan bilang
produksi film ini habis $10 juta: buat bayar kru, sewa alat, properti, dll.
Terus, budget marketing tambah $10 juta. Total pengeluaran = $20 juta.
3. Filmnya
Sukses!
Film kita
laris dan menghasilkan $100 juta di bioskop. Harusnya sih laba bersihnya $80
juta, kan? Eits, tahan dulu!
4. Mulai
Manipulasi Keuangan
- Bioskop Ambil Bagian – Dari $100 juta, bioskop minta bagian 40% ($40 juta).
- Sewa Peralatan dari Perusahaan Sendiri – Kita "sewa" alat dari anak perusahaan dengan harga super mahal. Biaya tambahan: $15 juta.
- Transfer Kerugian Film Lain – Ada film flop yang rugi $10 juta? Kita alihkan sebagian biayanya ke film kita.
- Pinjaman Palsu – Kita pinjam duit dari anak perusahaan lain dengan bunga 50%. Sekarang kita punya utang $20 juta.
Total biaya
sekarang jadi $105 juta. Wow, film yang tadinya untung malah "rugi"
$5 juta! Dan karena tidak ada laba, aktor dan kru yang punya perjanjian
"bagi hasil dari laba bersih" nggak dapat apa-apa.
Contoh Nyata Korban Hollywood Accounting
- Winston Groom (Penulis Forrest Gump) – Dijanjikan 3% dari laba bersih, tapi katanya film ini nggak untung sama sekali (padahal dapat $700 juta). Akhirnya dia harus menuntut buat dapat duitnya.
- Keluarga Tolkien (Lord of the Rings) – Seharusnya mereka dapat 7.5% dari keuntungan. Tapi studio bilang trilogi yang meraup $6 miliar itu "belum balik modal".
- John Cusack (Say Anything) – Studio bilang filmnya rugi $44 juta dalam 35 tahun, jadi dia nggak dapat royalti sepeser pun.
Streaming: Tambah Parah
Dulu, aktor
dan kreator masih bisa dapat duit dari royalti tayangan ulang. Tapi di era
streaming? Netflix nggak punya teater atau bioskop, dan serial jarang masuk
sindikasi. Banyak aktor bahkan nggak tahu seberapa sukses film/serial mereka
karena pihak platform nggak transparan soal angka penonton.
Beberapa streamer
kayak Amazon mulai eksperimen dengan pembayaran berbasis performa, tapi ini
lebih kayak cara mereka mengurangi biaya dibanding benar-benar berbagi
keuntungan.
Selama
industri ini masih penuh celah hukum, aktor dan kreator harus makin cerdas
negosiasi kontrak. Atau, mungkin suatu hari, ada reformasi besar di Hollywood
yang menutup celah ini.
Sampai saat
itu tiba? Percaya aja film yang kamu tonton dan sukses besar di bioskop
kemungkinan besar "rugi" di atas kertas.