Konser Mahal vs Kebutuhan Mendesak: Dilema Subsidi Artis Internasional

 

Taylor Swift


Tampaknya tidak ada yang kebal terhadap daya tarik yang tak tertahankan dari sensasi pop. Ya, Singapura telah jatuh di bawah pesona ratu pop, Taylor Swift. Pemerintah mereka lebih dari bersedia untuk membuka pundi-pundi uangnya, menawarkan subsidi ratusan juta dolar hanya untuk memikat sang diva agar mau menggelar konser beberapa hari di negaranya, dan hanya tampil di Singapura, tidak di negara lain di kawasan Asia Tenggara.

 

Di dunia di mana prioritas ekonomi sering kali lebih diutamakan, sungguh mengharukan melihat pemerintah dengan sepenuh hati merangkul semangat budaya penggemar. Lupakan subsidi pangan dan BBM, dana pendidikan atau perawatan kesehatan, mari kita arahkan dana tersebut untuk mengamankan konser tunggal dari seorang superstar dunia!

 

Lagipula, siapa yang butuh makan ketika kita bisa menikmati malam yang penuh dengan lagu-lagu yang menarik dan bergoyang mengikuti irama "Shake It Off"?

 

Mungkin ini adalah awal dari sebuah era baru, di mana anggaran nasional akan disusun dengan cermat berdasarkan jadwal tur para artis kesayangan.

 

Subsidi Untuk Mendatangkan Artis

Apakah kamu pernah mendengar tentang rencana pemerintah Republik Indonesia merealisasikan dana pariwisata atau Indonesia Tourism Fund sebesar Rp2 triliun? Dana ini akan diberikan untuk memfasilitasi berbagai konser dan acara internasional dan dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

 

Ya, kamu tidak salah dengar. Ternyata, dalam situasi di mana bidang pangan, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur masih memerlukan perhatian serius, muncullah ide brilian menggunakan subsidi untuk mengundang artis terkenal.

 

Subsidi untuk Siapa?

Pertama-tama, mari kita pertanyakan, siapa yang sebenarnya akan mendapatkan manfaat dari subsidi ini? Apakah kita akan melihat peningkatan signifikan dalam kesejahteraan rakyat jika misalnya Taylor Swift atau Beyonce datang ke Indonesia?

 

Ataukah subsidi ini lebih merupakan keinginan pribadi dari sebagian pihak yang mungkin lebih memilih hiburan daripada perbaikan nyata dalam sektor-sektor yang jauh lebih mendasar?

 

Prioritas yang Terbalik

Tentu saja, kita tidak bisa melupakan urgensi dari bidang pangan, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Bayangkan saja, sementara banyak masyarakat masih berjuang untuk mendapatkan akses yang layak terhadap pangan, dan banyak sekolah yang memerlukan perbaikan yang mendesak, kita justru mempertimbangkan untuk mengalokasikan anggaran untuk mengundang seorang bintang pop internasional. Ironis, bukan?

 

Lagipula, orang yang nonton konser adalah orang-orang yang punya uang lebih. Soal makan, pendidikan, atau kesehatan sudah bukan masalah lagi bagi mereka.

 

Prestise vs. Kesejahteraan

Mari kita renungkan bersama, apakah keberadaan seorang artis terkenal akan membantu mengatasi masalah kelaparan, kurangnya akses pendidikan, atau masalah infrastruktur yang memprihatinkan?

 

Mungkin saatnya bagi kita untuk memprioritaskan kebutuhan nyata masyarakat di atas keinginan untuk pamer kepopuleran.

 

Menurut saya pribadi, pemerintah tidak perlu harus sampai menggelontorkan dana khusus untuk mendatangkan seorang artis ke Indonesia, jika di sisi lain masih banyak rakyat Indonesia yang menjerit gara-gara harga beras naik.

 

Biarkan saja semua mengalir dengan sendirinya. Jika si artis memang benar-benar peduli dengan penggemarnya dan ada promotor yang sanggup menggaet mereka buat manggung di Indonesia, ya silakan. Pemerintah hanya perlu mengambil peran dengan mempermudah izinnya, memperlancar logistiknya, dan menjamin keamanan serta kenyamanan si artis.

 

Akhirnya, mari kita berpikir secara rasional. Hiburan memang penting dalam kehidupan, tidak boleh kita lupakan bahwa ada hal-hal yang jauh lebih penting dan mendesak untuk diperhatikan. Jika subsidi bisa dialokasikan untuk mendatangkan Taylor Swift, mengapa tidak dialokasikan untuk memperbaiki sektor-sektor yang benar-benar membutuhkan bantuan? 

Lebih baru Lebih lama